Review Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Ruang Resensi | Berhenti sebagai insinyur dan beralih menjadi seorang penulis bukanlah keputusan mudah. Namun, Keigo Higashino benar-benar melakukannya. Keseriusan dalam dunia tinta pun membuahkan berbagai macam penghargaan baginya. Seperti penghargaan prestisius Naoki Prize Jepang untuk novel terbaik melalui The Devotion of Suspect X (Kesetiaan Mister X). Serta Japan Mystery Writers Association Award untuk novel Himitsu yang pertama kali terbit tahun 1998.
Kali ini, Keigo Higashino datang dengan Keajaiban Toko Kelontong Namiya yang melibatkan Shota, Kohei, dan Atsuya terhubung dengan orang-orang di masa lalu. Melalui surat-surat yang datang silih berganti, novel ini akan menyuguhkan kisah hangat dengan berbagai macam kejadian yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya. Terbit pertama kali—di Jepang--tahun 2012, selain menyandang titel international bestseller, novel ini juga sudah difilmkan.
Review Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Shota, Kohei, dan Atsuya baru saja melakukan pencurian di
rumah kecil milik seorang direktur wanita. Lalu kabur menggunakan mobil Toyota
Crown tua. Malangnya, belum terlalu jauh meninggalkan tempat perkara, mobil itu
tak bisa lagi digunakan karena baterainya habis. Alhasil, ketiganya harus
tersuruk-suruk menuju rumah sekaligus toko kelontong di atas bukit yang
kebetulan ditemukan Shota--dia mengetahui saat menguntit si Direktur Wanita
sebelumnya.
Setelah masuk ke dalam toko kelontong, mereka mendapatinya
dalam keadaan tak terurus, semua serba kotor dan berdebu--karena memang sudah
lama ditinggalkan. Lalu, Kohei menggerutu akan susah tidur kalau perutnya
lapar, sedang Shota mengeluh tak bisa tidur di tempat yang penuh debu.
Akhirnya, Atsuya berinisiatif memeriksa toko dan menemukan
shoji yang bisa dijadikan alas tempat tidur. Saat itulah dia terkejut karena
ada sebuah amplop yang jatuh dari lubang surat di pintu gulung toko. Dia kira
polisi sudah mengepung mereka, tapi setelah mengintip dari lubang, di luar nampak
sepi dan lengang. Surat pun ditunjukkan kepada Kohei dan Shota. Ketiganya
sangat terkejut ketika membaca isinya.
Si penulis surat yang bernama (Nona) Kelinci Bulan mengaku
sedang dalam keadaan bingung karena harus memilih, antara mengikuti olimpiade atau
merawat kekasihnya yang sedang sekarat di atas pembaringan akibat kanker dan tak
mungkin bisa disembuhkan lagi. Sebenarnya dia sudah berencana meninggalkan
olimpiade, tapi sang kekasih malah mencegahnya dan memaksa agar tetap fokus latihan,
serta berjuang untuk kejuaraannya.
Kohei memiliki rasa peduli dan sedikit polos, sedang Shota
cenderung lebih bijak. Keduanya memutuskan untuk membalas surat tersebut. Hal
itu mengundang perdebatan dengan Atsuya yang dominan acuh tak acuh. Pada
akhirnya, surat balasan pun dikirim dengan saran si Nona Kelinci Bulan mengajak
kekasihnya setiap kali pergi latihan.
Kejadian berikutnya membuat ketiga orang itu bertambah
bingung karena baru sekitar lima menit surat balasan dikirim, surat jawaban
dari Nona Kelinci sudah tiba. Dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak
memungkinkan karena kondisi kekasihnya. Dirinya berandai-andai, sekiranya ada
ponsel sekaligus TV (maksudnya ponsel yang bisa melakukan video call) tentu
semuanya akan lebih mudah.
Shota, Kohei, dan Atsuya semakin keheranan setelah
membacanya. Lalu membalas bahwa sudah ada ponsel seperti itu dan tersedia
dengan berbagai macam merk. Akan tetapi, Nona Kelinci menganggap mereka hanya
bercanda dan menyangka itu sebuah lelucon untuk menghiburnya. Ketiganya pun
tercengang.
Setelah berkirim surat lagi dan melakukan diskusi, akhirnya
mereka menarik kesimpulan bahwa Nona Kelinci berasal dari masa lalu, sekitar
tahun 1979.
Kemudian, surat-surat lain pun tiba. Seorang Musisi Toko Ikan
yang mengeluh, antara harus melanjutkan warisan ayahnya menjual ikan atau
menggeluti bidang musik yang disukainya.
Ada pula Sosok Anak Anjing yang Kebingungan yang merasa dilema, antara tetap bekerja di sebuah perusahaan sebagai pegawai atau fokus menjadi hostes di sebuah kelab malam.
Shota, Kohei, dan Atsuya yang berada di masa depan tentu mengetahui peristiwa-peritiwa yang telah terjadi dalam kurun waktu sebelumnya. Dengan bantuan informasi di internet, mereka menjawab surat sebaik mungkin. Walau sering terjadi perdebatan dengan si pengirim, ketiganya selalu berhasil memberi saran dan nasehat yang bijak.
Mungkin, dari review novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya di bagian sinopsis ini, Anda sudah memiliki persepsi seperti apa isi novel. Untuk lebih meyakinkan, mari ulas sedikit lagi.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Menjadikan Toko Kelontong Namiya sebagai poros utama dan Taman Marumitsu sebagai penghubung antar tokoh, Keigo Higashino berhasil membuat
kejutan-kejutan kecil dan plot twist dalam ceritanya.
Kejelian membubuhkan detail cerita dalam setiap plot jua
patut diberi pujian. Seperti kotak susu yang dipertanyakan Kohei (hal 11), atau
majalah yang ditemukan Atsuya (hal 12), sehingga menyelamatkan alur dari plot
hole. Sekiranya Keigo melupakan ini, pasti akan meninggalkan lubang besar dalam
novelnya.
Selain itu, tokoh-tokoh masa lalu pun diberi latar yang
cukup kuat dengan peristiwa yang terjadi di zaman tersebut, cohtohnya Olimpiade Moskow
1980 dibarengi dengan invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan. Juga keberadaan The
Beatles yang aktif pada tahun 1960-1970.
Sayangnya, keseriusan Keigo dalam merinci cerita agak
berlebih pada bagian The Beatles, membuatnya cenderung membosankan.
Pada bagian surat menyurat dengan Nona Kelinci Bulan terjadi
sedikit kerancuan. Surat yang awalnya dibalas oleh Kohei menggunakan huruf hiragama--dengan
tulisan cakar ayam (hal 28), kemudian diambil alih oleh Shota yang menulis
dengan huruf kanji (hal 47), apakah tidak menimbulkan tanda tanya bagi Nona Kelinci
Bulan yang menerima balasan dengan tulisan berbeda?
Jangan berharap sesuatu yang fantastis dan spektakuler
dengan kata “keajaiban” di judul novel ini. Nyatanya, semua hanya tentang toko
kelontong, surat, dan masa lalu.
Kesimpulan novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya: berkisah tentang tiga orang yang terjebak di toko kelontong atas bukit dan ajaibnya menghubungkan mereka dengan masa lalu. Direkomendasikan pada pembaca yang suka genre drama fantasi.
Identitas Novel
Judul Asli: Namiya Zakkaten No Kiseki
Pengarang: Keigo Higashino
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2020
Tebal: 400 halaman
ISBN: 978-602-06-4829-3
EISBN: 978-602-06-4828-6
Harga: 117.000
0 comments