Resensi: Pengertian, Tujuan, Jenis, Unsur, dan Contohnya
Ruang Resensi | Beberapa orang mungkin kurang familiar dengan kata resensi. Beberapa lagi mungkin pernah mendengar sesekali, tapi belum mengerti secara jelas dan rinci. Memang, resensi bukanlah kosakata yang sering muncul dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari, kecuali oleh kalangan penulis dan orang-orang yang bergelut di dalam dunia literasi. Bersebab demikian, artikel kali ini membahas pengertian resensi, tujuan, jenis, unsur, dan contohnya.
1. Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin, revidere (re “kembali”, videre “melihat”) atau recensere yang bermakna melihat kembali, menimbang atau menilai. Sedang dalam bahasa Belanda, resensi disebut recensie (resentie) yang berarti kupasan atau pembahasan atau wawasan. Dalam bahasa Inggris, resensi memiliki padanan kata review yang berarti tinjauan.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) resensi berarti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Pengertisn tersebut senada dengan definisi yang disampaikan oleh J.S. Badudu (2007) yang dinukil oleh N. Mursidi dalam bukunya
Tips Sukses Meresensi Buku di Koran, bahwasanya resensi adalah pembicaraan mengenai buku (biasanya kupasan atau komentar mengenai buku yang baru terbit.
[1]
Dalam buku, Mari Meresensi Buku yang ditulis oleh Marwoto, beliau mengemukakan beberapa pengertian resensi menurut para ahli:
Echols mendefinisikan resensi (buku) adalah menimbang-nimbang isi buku, memeriksa atau memikirkannya, yang pada akhirnya menarik kesimpulan berupa pendapat atau pendangan terhadap segala aspek yan terkandung dalam buku tersebut.
Hornby mendefinisikan resensi merupakan laporan tertulis tentang isi buku yang diterbitkan atau dipublikasikan paling akhir dalam suatu terbitan berkala. Tentu saja, laporan yang dimaksud adalah penilaian seluruh aspek yang ada di dalamnya.
P.K. Poerwantana mendefinisikan resensi yakni mengangkat karya orang lain untuk didudukan pada tempat sewajarnya. Hal ini dapat berarti pula memberi perhatian terhadap karya orang lain, dengan memerhatikan, mencatat, dan memberi komentar yang objektif.[2]
Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka bisa disimpulkan pengertian resensi buku adalah penilaian terhadap suatu buku yang memuat tinjauan, ulasan, ataupun komentar dari seluruh aspek di dalamnya.
2. Tujuan Meresensi Buku
- Mengabarkan kepada khalayak atas terbitnya buku baru.
- Memberitahukan isi atau informasi yang terkandung dalam buku kepada khalayak yang belum pernah membacanya.
- Memberi penilaian terhadap buku dan disampaikan kepada pembaca.
- Melihat kesesuaian latar belakang pendidikan atau keahlian yang dibidangi pengarang dengan buku yang ditulis.
- Mengungkapkan kelemahan dari buku, baik dari sistematika penulisan, kekeliruan tatabahasa, pembahasan yang dangkal, hingga cacat yang disebabkan salah cetak.
- Menghargai sebuah buku dengan memberi pujian yang layak dan memberi kritik atau koreksi yang wajar terhadapnya.
3. Jenis-Jenis Resensi Buku
1. Meringkas
Peresensi mengungkapkan main idea (ide utama) yang ada di dalam buku, atau meringkas seluruh informasi yang ada di dalamnya dengan menghubungkan bab satu dengan yang lainnya. Kemudian meletakkan kesimpulan.
Tentu saja, kesimpulan yang dibuat oleh peresensi tidak boleh sama persis dengan yang ada di dalam buku agar tidak dianggap plagiasi.
Tak jarang, ide utama dari sebuah buku ada di bagian penutup. Maka, peresensi dituntut untuk jeli dan teliti dalam menemukannya. Resensi jenis ini sangat cocok bagi peresensi pemula dan diterapkan pada buku yang memiliki uraian luas dan panjang.
2. Menjabarkan
Ada banyak buku yang termasuk dalam kategori berat dan sulit dipahami oleh pembaca awam, seperti: buku terjemahan, buku teks perguruan tinggi, buku filsafat, buku sastra, dan masih banyak lagi. Bahkan, sebuah novel pun kadang tergolong menjadi bacaan berat jika menggunakan diksi yang tinggi atau di dalamnya banyak istilah-istilah asing yang belum dan sulit dipahami.
Maka, di sinilah tugas peresensi untuk menjabarkannya. Dia menyederhanakan uraian yang ada di dalam buku demi memahamkan para pembaca. Tentu saja, bahasa yang digunakan adalah bahasa peresensi sendiri.
Memang, ini bukanlah perkara sederhana. Apalagi, kalau peresensi bukan ahli di bidangnya. Perlu usaha dan upaya ekstra untuk melakukannya. Contohnya, seseorang yang ahli di bidang ekonomi, lalu membaca dan meresensi buku sastra, tentu akan menjadi sukar baginya. Atau, orang yang berpendidikan menengah, kemudian mereview buku teks perguruan tinggi, pasti akan terjadi ketimpangan padanya.
Maka, sangat dianjurkan bagi peresensi untuk meresensi buku yang sesuai dengan bidang dan keahliannya. Namun, ini bukanlah harga mutlak. Boleh saja peresensi mengulas buku yang tidak searus dengan latar belakang pendidikannya, asal dia mau berjerih payah lebih keras untuk menuntaskannya. Dia bisa meminta bantuan kenalan yang mahir didisiplin ilmu tersebut atau melakukan riset dari berbagai literatur demi memperoleh pemahaman yang utuh dan paripurna.
3. Analisis kritis
Di sini, peresensi bukan hanya meringkas, merangkum, atau mengutip kata-kata yang ada di dalam buku, melainkan lebih jauh dari itu. Peresensi memberi komentar atau kritik terhadap apa yang ada di dalamnya, baik dari metode penulisan yang kurang sistematis, tidak ada unsur kebaruan gagasan atau ide, bahasa yang digunakan sukar dipahami, sampul buku tidak menarik, tata letak kurang tepat, layout yang terlalu sederhana, penggunaan tanda baca yang keliru, hingga hal lainnya yang memang dirasa perlu.
Peresensi juga memberi pujian jikalau buku yang diresensi layak untuk dipuji. Seperti penyajian yang menggugah, data-data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan, penelusuran sejarah yang rinci dan detil, materi yang unik dan berbeda, uraiannya mudah dimengerti dan dipahami, dan bagian-bagian lain yang menjadi keistimewaan dari buku tersebut.
Sederhananya, peresensi melontarkan penilaian terhadap suatu buku dengan analisis yang tajam dan menyeluruh. Kemudian meletakkan kritik dan pujian yang sesuai pada tempatnya. Biasanya, resensi jenis ini dilakukan oleh orang yang memang memiliki kepakaran di bidangnya.
4. Komparasi
Membandingkan satu buku dengan buku yang lainnya. Baik buku dari penulis itu sendiri atau buku dari penulis lain dengan tema yang sama.
Melakukan perbandingan dengan buku-buku si penulis, diharapkan bisa menemukan titik tuju atau benang merah darinya atau demi menunjukan apakah buku tersebut melengkapi kekurangan dari buku sebelumnya? Atau hanya mengulang (mengkompilasi) materi yang ada tanpa menyertakan analisis maupun data-data baru.
Sedang perbandingan dengan buku-buku dari penulis berbeda, demi mengetahui apakah buku tersebut menjadi penguat atas pernyataan yang ada atau malah membantah dan mengkritisinya.
Di sinilah wawasan dan pengetahuan peresensi diuji. Teknik ini sungguh tidak mudah. Dibutuhkan kepiawan dan kelihaian serta jam terbang yang tinggi untuk melakukannya. Lumrahnya, resensi model ini hanya dilakukan oleh para senior yang sudah malang melintang dalam dunia perbukuan (resensi) serta memilliki pengalaman yang panjang.
5. Memberi penekanan
Peresensi memusatkan atau menitikberatkan perhatian pada satu sajian buku yang dianggap paling menarik dan menonjol. Entah dari salah satu materi yang ada, sampul yang memikat, gaya penulisan yang mengesankan, atau sosok pengarang yang melegenda, maupun latar belakang penerbitan buku tersebut.
Bisa pula, peresensi menggarisbawahi poin utama buku, lalu menganalisis dan memberi penekanan berupa komentar atau kritik terhadapnya.
Seringkali resensi macam ini digunakan untuk meresensi bunga rampai, atau kumpulan tulisan baik berupa cerpen, puisi, atau semacamnya.
4. Unsur-Unsur Resensi Buku
Menulis resensi tidak bisa asal-asalan. Apalagi, hanya sekadar menulis saja tanpa memperhatikan aturan-aturannya. Bisa jadi, resensi yang ditulis tidak layak disebut resensi karena tidak memenuhi kriteria.
Resensi termasuk dalam kategori tulisan jurnalistik populer yang memiliki kaidah-kaidah tertentu. Secara umum, unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1. Judul Resensi
Keberadaan judul dalam resensi adalah mutlak. Tak bisa ditawar-tawar lagi. Resensi tanpa judul benar-benar kesalahan fatal. Buatlah judul yang menarik dan memikat, tapi harus sesuai dengan isi. Jangan sekali-kali membuat judul click bait. Selain menipu pembaca, hal tersebut juga bisa merusak reputasi peresesni.
2. Identitas Buku
Identitas buku memuat informasi buku yang diresensi. Meliputi judul, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, cetakan ke-, tebal halaman, ISBN, hingga kategori buku; entah fiksi atau nonfiksi.
Contoh:
Judul: 24 Jam Amalan Agar Istri Makin Sayang
Penulis: Asadullah Al-Faruq
Penerbit: Taqwa Media
Terbit: 2012
Cetakan: Pertama
Tebal: 174 halaman
ISBN: 978-602-9002-44-7
3. Prolog atau pendahuluan
Prolog atau pendahuluan juga dikenal dengan sebutan kalimat pembuka yang menjadi wajah dari sebuah resensi. Biasanya memuat pengantar dari peresensi sebelum masuk ke topik atau pembahasan utama. Sangat disarankan bagi peresensi untuk membuat prolog yang kuat agar mampu mengesankan pembaca. Misalnya: memperkenalkan pengarangnya, membandingkan buku sejenis, menceritakan keunikan buku, memberikan kritik, menjelaskan kesan, hingga berbicara tentang penerbitnya.
4. Tubuh atau isi resensi buku
Ini merupakan bagian inti dari sebuah resensi. Paling umum, tubuh atau isi resensi berisi sinopsis maupun ulasan ringkas buku, kelemahan dan keunggulan buku, serta tinjauan bahasa dan kesalahan cetak jika ada. Peresensi dibebaskan untuk memaparkan segala sesuatu yang ada di dalam buku. Bahkan, jika di dalam buku terdapat kalimat-kalimat yang sukar dipahami orang awam, maka peresensi bisa menjabarkannya agar lebih sederhana dan mudah dipahami.
5. Penutup
Pada bagian ini, biasanya berisi sebuah kesimpulan atau pernyataan dari peresensi. Apakah buku tersebut penting, layak, dan harus dibaca oleh khalayak? Atau sebaliknya, buku tersebut hanya berisi data-data lama dan membahas permasalahan klasik yang sudah ada dalam buku-buku terdahulu.
Kemudian, buku tersebut direkomendasikan kepada siapa. Apakah untuk anak-anak, remaja, dewasa, atau hanya kalangan tertentu saja?
4. Contoh Resensi Buku
a. Contoh resensi nonfiksi
b. Contoh resensi fiksi
Demikianlah uraian singkat mengenai pengertian resensi, tujuan, jenis, dan contohnya. Semoga bermanfaat.
[1]. N. Mursidi, Tips Sukses Meresensi Buku di Koran, (PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2016), h. 50.
[2]. Marwoto, Mari Meresensi Buku, (Alprin, Semarang, 2009), h. 2.
Referensi:
Ika Yulianan Putri. 2018, Resensi, Kritik Sastra, dan Esai Sastra, PT Aksara Sinergi Media, Surakarta
N. Mursidi. 2016, Tips Sukses Meresensi Buku di Koran, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Andi Andrianto. 2011, Menaklukan Media Berbagi Pengalaman Menulis Opini dan Resensi Buku, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Marwoto. 2009, Mari Meresensi Buku, Alprin, Semarang
Drs. Haryanto. 2008, Membuat Resensi, Alprin, Semarang
Anda bisa memberi dukungan pada blog ini di
saweria atau
trakteer. Terima kasih.
0 comments